Jumat, 06 Oktober 2017

Senja

Senja tak lagi mengingatkan pada kita. Hujan tak lagi membawa kenangan. Gerimis tak lagi membuat hati teriris. Pelangi tak lagi merobek seluruh isi hati. Petir tak lagi mengingatkan pada malam yg getir. Ombak tak lagi bergerak memerintah otak. Bau tanah tak lagi mengingatkan pada tawa renyah. Batu tak lagi mengajarkan mengenai pilu. Pasir tak lagi membuat hati berdesir.

Seluruh isi semesta sudah tak membuat gema.

Karena aku sudah pergi, berlari ke tempat sepi sunyi diujung dimensi.Karena kamu sudah tiada, selepas semesta dengan kejamnya memisahkan kita.

Karena kita terlalu naif untuk memahami tanda-tanda dari semesta; bahwa kita bukan sepasang. Sehingga kita jatuh terlalu jauh, terpelosok hingga langkah terseok. Hingga kita sekarat dan masih saling menyalahkan siapa diantara kita yg paling bangsat. Saling menuduh tentang siapa yg berusaha untuk acuh. Saling bercerita mencari seorang yg mengiyakan keputusan kita.

Ketahuilah, Sayang. Waktu kita terbuang karena saling menyalahkan. Kita telah terlempar jauh dan menghilang dari peradaban. Kita hilang dan seluruh umat tetap saja tenang. Kita tak berarti di dunia ini, kenapa kita tak saling introspeksi? Tidak. Karena kita penganut aliran gengsi. Kita diusir dari bumi.

Kita, musnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar