Senin, 30 Oktober 2017

Saat kita

Kali ini aku ingin menuliskanmu dengan berbeda, bukan tentang seberapa menyedihkannya diriku saat tidak lagi bersamamu, tetapi tentang harapan yang masih tertinggal dalamku.

Aku sudah merencanakan kencan pertama kita, jika nanti ternyata kamu dan aku cukup beruntung mendapatkan kesempatan kedua.

Mungkin nanti kita bisa berbelanja buah di supermarket dekat rumah, saling mengendus mangga, mencari yang sekiranya tidak terlalu matang tapi juga tidak terlalu asam. Memasukkan apel, melon, hingga semangka pada keranjang kita. Mungkin nanti kamu yang memotong mereka di depan televisi sambil menyiapkan film yang kita suka, dan aku sedang berada di dapur, melelehkan dan mengaduk gula merah.

Bisa saja kita berkeliling kota, kemudian duduk manis pada bangku plastik di depan gerobak berisi jagung mentah dan arang membara. Saling bercanda sambil makan jagung bakar hingga bibir kita belepotan sambal dan mentega.

Atau kita akan berdebat sambil membolak-balikan daftar menu isian pada tenda martabak pinggir jalan, berdiskusi pula ingin makan di sini atau dibungkus saja. Kamu yang mencolek-colek lenganku sambil berkata, "Jangan lupa minta acarnya nambah," dan aku yang akan mengangguk-angguk sambil menjawab "Iya, iya."

Skenario dalam kepalaku tidak terbatas, selain merindukanmu, merancang kencan ialah hobi baruku.

"Bagaimana jika..." menjadi musuh utamaku saat memikirkanmu. Rencana-rencana seperti tidak berkesudahan jika menyangkut dirimu.

Semoga saja waktu itu segera tiba,
waktu di mana semua rencanaku dapat terlaksana,

saat
kita
beroleh
kesempatan
kedua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar